Sopan Santun Terhadap Kerabat
&
Akhlak – Akhlak Terhadap Lingkungan
Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Akhir Semester Satu Pada Mata Pelajaran Budi Pekerti
Disusun
Oleh:
-Kelompok 1-
RIZAL ZIHAN
ROBIN WAHYUDI
RIFQY AMMAR F
HILMAN ARDIAN P
M TEGAR B S
-Kelas
VIII C-
SMP
NEGERI 1 CILEDUG
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah yang Berjudul SOPAN
SANTUN TERHADAP KERABAT &AKHLAK TERHADAP LINGKUNGAN (MEMELIHARA SARANA DAN
PRASARANA SEKOLAH) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Satu Pada
Mata Pelajaran Budi Pekerti. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Disahkan Oleh
Guru Mata Pelajaran Budi Pekerti Bpk. Ihrom
Munajat ,S,Pd.I Pada Tanggal 24
November 2015 dengan SKOR…
Ciledug, 23 November 2015
Disahkan oleh
Ihrom
Munajat ,S.Pd.I
“Daftar Isi”
Lembar
pengesahan…………………………………………………………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………………………..ii
Sopan
Santun Terhadap Kerabat
1. Menyambung
Hubungan Kekerabatan……………………………………………….……………………………………………….1
2. Dakwah dan
Mengajak Kerabat Kepada Jalan yang Lurus……………………………………………………….….……….2
3. Membantunya Dikala Kesusahan…………………………………………………………………………………………………………2
Akhlak Terhadap Lingkungan
1.Melestarikan
Alam…………………………………………………..…………………………………………………………………………4
2.Tidak
merusak alam………………………………………………………………………………………………………………………….5
Referensi……………………………………………………………………………………………………….……………………………………7
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON
SMP NEGERI 1 CILEDUG
2015
Bab 1
Sopan Santun Terhadap Kerabat
Seorang muslim tidaklah hidup
sendiri. Seorang muslim hidup di dunia ini dikelilingi oleh banyak manusia,
baik yang dekat maupun jauh. Oleh karena itulah seorang muslim hendaknya tidak
menutup diri, mata dan telinga dari keadaan manusia di sekitarnya. Bahkan,
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – telah menyatakan,
الْمُسْلِمُ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنْ الْمُسْلِمِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Seorang muslim jika dia mau bergaul dengan manusia dan bersabar atas
gangguan mereka, maka itu lebih baik dari seorang muslim yang tidak mau bergaul
dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (Riwayat at-Tirmidzi,
lihat ash-Shahihah, no. 939)
Manusia yang ada di sekelilingnya itu tentu memiliki kedudukan dan hak
yang berbeda-beda. Semakin dekat keberadaan mereka maka hak pun menjadi semakin
lebih besar.
Kita memiliki
kewajiban untuk menunaikan hak-hak mereka, tentu kita pun harus mengetahui apa
saja yang menjadi hak-hak mereka atas diri kita. Di antara hak-hak kerabat yang
perlu diperhatikan:
1- Menyambung Hubungan Kekerabatan.
Inilah yang sering
dikenal dengan istilah silaturrahim, menyambung hubungan dengan siapa-siapa
saja yang memiliki hubungan kekerabatan. Dan dalam hadits telah diterangkan
bahwa maksud menyambung hubungan ini bukanlah sekadar membalas kebaikan
kerabat, atau menyambung hubungan dengan orang yang mau berhubungan. Bahkan
silaturrahim itu adalah menyambung hubungan dengan orang-orang yang memutuskan
hubungan. Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang
menyambung hubungan (silaturrahim) bukanlah orang yang membalas (hubungan orang
lain). Akan tetapi orang yang bersilaturrahim adalah orang yang jika hubungan
rahim (kekerabatannya) diputus, maka dialah yang menyambungnya.” (Riwayat
al-BukharI )
Silaturrahim ini bisa
diwujudkan dengan berbagai cara, seperti memberi manfaat kepada kerabat baik
berupa manfaat materiil maupun non materiil, mengunjungi kerabat, memberi
hadiah, menanyakan keadaan, memberikan salam dan lain sebagainya. Bahkan bisa
dikatakan, seluruh bentuk kebaikan yang kita lakukan kepada kerabat, baik dalam
urusan dunia maupun agama, maka termasuk bagian dari silaturrahim.
2- Dakwah dan Mengajak Kerabat Kepada Jalan yang Lurus.
Sebagaimana dahulu
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – diperintahkan untuk memberikan
peringatan kepada kerabat-kerabat beliau, melalui firman Allah l,
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (asy-Syu’ara: 214)
Syekh as-Sa’di –
rahimahullah – berkata, “Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam –
melaksanakan perintah Allah ini. Beliau pun mengundang seluruh keturunan
Quraisy, secara umum maupun khusus. Beliau memberikan peringatan dan nasihat
kepada mereka. Dan beliau tidak menyisakan sedikit pun dari apa yang beliau
mampui melainkan beliau lakukan, seperti menasihati dan memberi petunjuk kepada
mereka. Maka sebagian mereka mengikuti petunjuk, dan sebagian yang lain
berpaling darinya.”
Dan kita sebagai umat
beliau, juga hendaknya meneladani beliau dalam dakwah ini. Usahakan orang
terdekat kita, keluarga kita, kerabat kita sebagai orang-orang yang juga
merasakan nikmatnya mendapat petunjuk. Dan tidak sempurna keimanan seseorang
sampai dia senang saudaranya mendapatkan kebaikan sebagaimana dirinya
mendapatkan kebaikan.
3-Membantunya Dikala Kesusahan
Kita sebagai ciptaan
Allah hendaklah saling tolong satu sama lain.. dan manusia itu pasti tdk akan
hidup tanpa menjalani yang namanya tolong menolong apalagi dalam hal musibah…
dan pasti di muka bmi ini pasti pernah mengalami musibah dan akan dibantu oleh sesama
mahkluk,ya....Allah menegaskan hal ini dalam Al-quran Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya:
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara
keua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat. (Qs al Hujarat:10)
Bab 2
Akhlak Terhadap Lingkungan
Lihatlah dampak
eksploitasi alam secara berlebihan sudah sangat nyata terlihat. Pemanfaatan
sumber daya alam tanpa aturan dan sikap acuh manusia jelas-jelas penyebab
adanya krisis lingkungan. Dan ini tentu
kaitannya dengan kewajiban manusia yang sudah lupa dengan tugasnya sebagai
khalifah.
Berkenaan
dengan betapa pentingnya sumber daya alam bagi kehidupan, sesungguhnya manusia
dituntut untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya
saja, tetapi juga kemaslahatan semua pihak. Karena manusia diperintahkan bukan
untuk mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam.
Sikap
kesyukuran yang sudah mulai berkurang dari manusia, sebab kalam Allah dalam
firmannya dalam Q.S. Thaha[20]: 53-54
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّىٰ
“yang telah
menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di
bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam.Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya
pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang berakal”.
Oleh karena
itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan, dan memanfatkan sesuai dengan
kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas pemberian-Nya.
Langkah-langkah
yang bisa dilakukan untuk menjaga
lingkungan diantaranya:
1.Melestarikan Alam
Alam merupakan
karunia Allah yang harus kita jaga kelestariannya. Kita harus bisa menjaga
kelestarian alam agar dapat dinikmati oleh generasi masa depan. Mengekploitasi
alam secara berlebihan dapat menyababkan rusaknya alam. Sebagai seorang muslim,
kita harus menghindari tindakan itu untuk tetap menjaga kelestarian alam yang
merupakan karunia Allah SWT.
Islam adalah
rahmatan lil alamin, yang mana syari'atnya tidak hanya untuk umat islam saja
tapi bagi semesta alam sebagai Rahmat dari Allah. Bahkan diutusnya Nabi adalah
sebagai rahmat, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
"tidaklah
kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekian alam"
(al-Anbiya: 107)
imam Ibnu
Katsir berkata tentang ayat ini: "Allah telah memberitahukan bahwa
sesungguhnya Allah telah menjadikan Muhammad sebagai rahmat untuk seluruh alam.
Yakni Allah telah memgutusnya untuk menjadi rahmat bagi mereka semuanya. Maka
barang siapa menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat ini, pasti dia akan
berbahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi barangsiapa menolak rahmat ini dan
menentangnya, pasti dia akan merugi di dunia dan di akhirat"
rahmat ini
meliputi seluruhnya. Termasuk alam ini, maka islam mengajarkan untuk mencintai
alam dan menjaganya, serta melarang berbuat berbagai kerusakan di muka bumi.
Maka dari itu Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan itu
semua adalah bentuk dalam rangka beribadah kepada Allah. Allah berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"telah
nampak kerusakan di darat dan di lautan yang disebabkan oleh tangan-tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (ar-Rum: 41)
2.Tidak merusak alam
Firman Allah
SWT surat Al-A’rof ayat 56
ولا تفسدوا فى الارض بعد إصلاحها ودعوه خوفا وطمعا إن رحمت الله قريب من الحسنين
Dan jangan
lah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah(Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada Allah, dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat dan
harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik.
Ayat ini
melarang pengrusakan di muka bumi. Pengrusakan adalah salah satu bentuk
pelanggran atau bentuk pemlampauan batas. Karena itu. Ayat ini melanjutkan
tutunan ayat yang lalu dengan menyatakan :
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah perbaikannya
yang dilakukan kamu oleh Allah SWT dan atau siapapun dan berdoalah serta
beribadah kepada-Nya dalam keadaan takut sehingga kamu lebih mentataati-Nya
dalam keadaan penuh harapan dan anugrah-Nya, termasuk pengabulan do’a kamu.
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada al-muhsinin, yakni orang-orang yang
berbuat baik.
Menurut
kajian Ushul fiqh, ketika kita dilarang melakukan sesuatu berarti kita
diperintahkan untuk melakuakan kebalikannya. Misalnya, kita dilarang merusak
alam berarti kita diperintah untuk melestarikan alam. Adapun status perintah
tersebut tergantung status larangannya. Contoh, status larangan merusak alam
adalah haram, itu menunjukan perintah melestarikan alam hukumnya wajib. (Jam’ul
Jawami’, I.390)
Alam raya
telah diciptakan Allah swt. Dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan
memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan
memerintahkan hamba-hambanya untuk memperbaikinya.
Salah satu
bentuk perbaikan yang dilakukan Allah, adalah dengan mengutus para Nabi untuk
meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa yang
tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia telah
melakukan salah satu bentuk pengrusakan di bumi.
Merusak
setelah diperbaiki, jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki,
atau pada saat dia buruk. Kerena itu, ayat ini secara tegas menggaris bawahi
larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang
baik juga amat tercela.
Kerusakan ini
mencakup kerusakan jiwa dengan cara membunuh dan memotong anggota tubuh,
kerusakan harta dengan cara gasab dan mencuri, kerusakan agama dan kafir dengan
melakukan kemaksiatan-kemaksiatan, kerusakan nasab dengan melakukan zina dan
kerusakan akal dengan meminum minuman yang memabukan dan semisalnya.
Adapun
perbaikan Allah Ta’ala terhadap keadaan manusia adalah berupa petunjuk agama
dan diutusnya Nabi dan Rasul, yang hal itu disempurnakan dengan
dibangkitkannnya Nabi dan Rasul terakhir, yang merupakan rahmat bagi seluruh
alam. Dengan diutusnya itu, akidah umat islam telah diperbaiki, akhlak dan tata
kesopanan mereka telah dibimbing. Sebab beliau telah menghimpun akhlak dan
kesopanan itu bagi umat manusia. Segala kemaslahatan suh dan jasad dan telah
disyari’atkan pula bagi mereka saling menolong dan saling mengasihi telah
pelihara bagi mereka. Keadailan dan persamaan telah disyari’atkan bagi mereka.
Musyawarah yang terkait dengan suatu kaidah, menolak hal yang merusak, dan
memelihara hal-hal yang maslahat. Dengan demikian, agama mereka melebihi
agama-agama lainnya.
“Referensi”
Pendidikan Budi Pekerti Kelas VIII, Musyawarah Guru Mata Pelajaran Budi Pekerti Kab. Cirebon 2012